News

Lindungi Anak dari Pengaruh Paham Radikalisme

WARTAEVENT.COM, Kab. Malang – Anak-anak harus dilindungi dari pengaruh paham kekerasan dan kebencian. Pemerintah dan masyarakat perlu melakukan pengawasan ekstra karena penyebarannya mulai masif di lingkungan sosial dan sekolah.

“Itu sudah merata (penyebaran paham radikalisme). Anak-anak ini harus dilindungi oleh orang tuanya, keluarga, lingkungan dan juga lembaga pendidikan. Karena anak akan menjadi penerus bangsa ke depannya,” ujar Ayrton Eduardo Aryaprabawa, Founder & Director Crevolutionz, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten malang, Jawa Timur, Jumat (26/11/2021).

Ia menerangkan, fenomena penyebaran paham radikalisme kepada anak saat ini sudah parah. Setelah itu ada bentuk-bentuk lain seperti menunjukkan simbol-simbol kekerasan bahwa anak itu berbeda dengan kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

Menurutnya, penanaman radikalisme sebagai keyakinan ideologi dan keyakinan agama kepada anak tentunya adalah hal yang salah. Oleh sebab itu, semua pihak harus mengantisipasi secara bersama-sama agar hal tersebut tidak terjadi lagi di lingkungan anak.

“Saya kira rumah harus tetap menjadi rumah yang menanamkan kaidah-kaidah agama yang ada. Jadi tidak mengajarkan yang berbeda dengan kaidah-kaidah bangsa kita,” katanya.

Ia juga mengatakan lembaga pendidikan juga harus dapat menanamkan pendidikan deradikalisasi. Untuk itu perlu adanya pengembangan kurikulum di lembaga pendidikan yang bersifat dialogis dan partisipatif.

“Tetapi guru harus berfungsi bagaimana sebagai mediator dan fasilitator terhadap apa yang dipikirkan anak-anak menyangkut tentang dirinya termasuk tentang pendidikan dan keilmuan akademik,” tuturnya.

Ia menjelaskan, masyarakat di lingkungan anak juga harus mengambil peran dalam membentengi anak dari paham-paham kekerasan. Masyarakat harus bisa membangun budaya ketimuran yang selama ini saling memperhatikan.

“Dalam artian masyarakat diminta untuk ikut membangun budaya ketimuran kita yang peduli dengan moto ‘Anakmu adalah Anakku’ atau ‘Cucumu adalah Cucuku’,” jelasnya.

Ia mengatakan, semangat itu harus dibangun karena selama ini budaya yang santun terhadap sekitar sudah banyak ditinggalkan masyarakat. Ini bisa terjadi karena semua orang sekarang cenderung memanfaatkan teknologi.

“Sekarang banyak komunikasi yang dibangun orang tua, oleh anak-anak atau lingkungannya melalui media sosial, yang tidak lagi verbal. Tentunya ini mengurangi kedekatan dan solidaritas maupun pemahaman ataupun kesetiakawanan terhadap sesama,” ungkapnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (26/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Zulham Mubarak (Ketua Umum Milenial Utas & Komisaris PT. Agranirwasita Technology Indonesia), Moh. Rizki Firdaus (Direktur Utama CV. Kreasi Anak Nusantara), I Putu Dody Lesmana (Dosen Informasi & Teknologi Universitas Jember), dan Apsari Siwi Budi Bestari (Influencer) sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply