Travel

Membingkai Peluang Industri Pariwisata di Asia Tenggara

Wartaevent.com – Jakarta. Mastercard, hari ini Senin (05/11/2018) dalam siaran pers yang diterima redaksi memaparkan sebuah laporan yang memperlihatkan bagaimana kekuatan transformatif dari industri pariwisata dapat mendorong perkembangan kota-kota menjadi lebih cerdas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Salah satu kontributor utama terhadap pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara dalam beberapa dekade terakhir adalah pertumbuhan pengeluaran pariwisata inbound yang cepat, dimana hal ini didorong baik oleh destinasi-destinasi wisata utama maupun destinasi-destinasi baru yang selama ini jarang diketahui.

Sebagai contoh, di saat Bangkok, Singapura dan Kuala Lumpur terus menempati posisi-posisi utama dengan jumlah kedatangan internasional tertinggi, kota-kota di Vietnam seperti Hanoi dan Ho Chi Minh kian bertumbuh dan berhasil menembus daftar 10 besar tahun ini.

Rupert Naylor, Senior Vice President of Mastercard Advisors di Asia Pasifik., mengatakan, popularitas destinasi-destinasi di Thailand seperti Phuket, Pattaya dan Chiang Mai juga kian bertumbuh, di mana hal ini menunjukkan bahwa para wisatawan menjadi lebih berani untuk bereksperimen dan terbuka untuk mencoba destinasi-destinasi baru.

Pertumbuhan volume wisatawan yang berkunjung ke destinasi-destinasi yang selama ini jarang diketahui menunjukkan bagaimana pemerintah dapat berinvestasi di destinasi-destinasi baru yang tengah berkembang untuk menciptakan persebaran keuntungan (dan kekurangan) pariwisata yang lebih merata di seluruh kota.

Namun, untuk mencapai potensi yang maksimal dari strategi ini, investasi pada bidang infrastruktur di destinasi-destinasi yang lebih jarang diketahui menjadi sangat penting, baik dalam hal konektivitas ke lokasi-lokasi ini, maupun infrastruktur di dalam destinasi-destinasi itu sendiri.

Salah satu contoh pembangunan yang tidak berkelanjutan terjadi di Filipina. Boracay, suatu destinasi pantai populer di negara ini, ditutup untuk sementara waktu bagi para turis pada bulan April hingga Oktober tahun ini.

Penutupan ini dikarenakan tidak mampu memberikan dukungan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan. Alhasil, menyebabkan kerugian yang cukup signifikan akibat berkurangnya pemasukkan dari kunjungan wisman.

Kunjungan wisatawan inbound juga berpotensi untuk memacu perkembangan ekonomi di negara-negara yang memiliki pertumbuhan PDB yang rendah, sehingga dapat meningkatkan pemasukkan dan menciptakan lapangan pekerjaan.

“Negara-negara yang memiliki peluang khusus untuk dapat memanfaatkan pemasukkan dari wisatawan inbound untuk meningkatkan pertumbuhan PDB negaranya termasuk Filipina, Singapura, dan Indonesia,” terang Rupert Naylor. [Fatkhurrohim]