Chat GPT, Aplikasi Cerdas yang Memiliki Dua Sisi
Penerapan AI sudah begitu banyak dalam dunia digital, seperti di media sosial, mesin pencari, aplikasi translator, peta digital, kamera ponsel cerdas, video gim, platform e-dagang, maupun di ragam aplikasi percakapan.
“Adapun Chat GPT yang saat ini sedang populer adalah aplikasi yang dibuat oleh perusahaan riset kecerdasan buatan (OpenAI) yang didirikan pada 2015. Sejarah OpenAI berawal dari keprihatinan sekelompok pakar teknologi terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan,” ucap Arifin.
Baca Juga : Begini Cara Membangun ‘Personal Branding’ yang Pas dan Jitu!
Chat GPT, menurut Arifin, memiliki sejumlah kelebihan, antara lain menjawab berbagai pertanyaan, membuat pemrograman, membuat analisis, menciptakan lagu, menulis puisi, membuat lelucon, maupun membuat makalah atau esai. Namun, imbuhnya, aplikasi pintar ini bisa menolak pertanyaan yang tidak etis atau kurang pantas.
Sementara itu, Rizky Wulandari mengingatkan sisi bahaya dari aplikasi Chat GPT tersebut. Menurut dia, Chat GPT mampu membuat malware tanpa henti, phishing, maupun dipakai untuk mengakali sebuah ujian. Aplikasi ini juga mampu menggantikan peran penulis lantaran mampu menjawab pertanyaan apapun dengan baik dan memiliki struktur yang rapi.
Baca Juga : Yuk, Viralkan Obyek Wisata di Media Sosial!
“Kehadiran Chat GPT mengkhawatirkan banyak orang. Sebab, aplikasi ini bisa dipakai untuk menjawab pertanyaan tes atau dikhawatirkan menipu pengguna aplikasi kencan online,” ucapnya.
Rizky menambahkan, sejumlah hal yang bisa memicu penyalahgunaan Chat GPT adalah anomalitas. Sebab, Chat GPT dapat digunakan tanpa memakai identitas asli penggunanya. Kemampuan aplikasi ini dapat membuat teks yang menyerupai tulisan manusia dikhawatirkan bisa memalsukan pesan seseorang. Apalagi, saat ini belum ada ketentuan atau regulasi yang mengawasi pemakaian Chat GPT.
Baca Juga : Transaksi Uang Elektronik Meningkat, Simak Tips Cara Aman dan Penggunaanya
Diana Anggraeni mengakui, keberadaan Chat GPT yang terbuka dan bebas menyebabkan pengawasan sulit diterapkan. Pengawasan penggunaan aplikasi ini perlu dilihat per sektornya karena penanganannya bisa berbeda-beda. Namun, ia mengatakan bahwa tetap dibutuhkan pengawasan untuk meminimalkan risiko yang timbul di kemudian hari.
“Langkah pengawasan yang bisa dilakukan adalah dengan memberi pelatihan secara berkala tentang penggunaan Chat GPT yang benar; memperketat akses penyalahgunaan Chat GPT; serta membuat pedoman dan etikan pemakaian Chat GPT tersebut,” ungkapnya.
Baca Juga : Lindungi Data Pribadi Agar Hidup Aman dan Tentram
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. [*]
- Editor : Fatkhurrohim