Ekonomi

“Cuitan” di Socmed Bukan Sumber Berita

wartaevent.com – Pandeglang. Berhati-hati atau waspadalah, jika bercuit (mengunggah status) di jejaring social media (Socmed). Sekali saja salah memberikan “cuitan” bakal berdampak besar. Apalagi, hal tersebut terkait dengan suatu kondisi keamanan serta kenyamanan wisatawan.

Masih segar diingatan, akibat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) salah mencuit terkait status bencana di kawasan Selat Sunda terutama di Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten pada 22 Desember 2018 lalu, berimplikasi pada informasi yang bias.

Baca Juga : Ini Strategi Kemenpar Untuk Selat Sunda Bangkit

Hal ini disampaikan oleh Suprapto, salah satu narasumber dalam seminar “Sosialisasi Jurnalisme Ramah Pariwisata Dalam Rangka Gerakan Sadar Wisata” yang berlangsung di Tanjung Lesung Resort, pada hari Senin (02/03/2019).

Dalam kesempatan tersebut, Suprapto, menjelaskan, cuitan yang diunggah pada (22/12/18 22:37) “#BMKG tidak mencatat adanya gempa yang menyebabkan tsunami malam ini. Yang terjadi di Anyer dan sekitarnya bukan tsunami, melainkan gelombang air laut pasang. Terlebh mala mini ada fenomena bulan purnama yang menyebabkan air laut pasang tinggi. Tetap tenang.”

“Sayangnya, cuitan dari BMKG tersebut dikutip menjadi bahan pemberitaan oleh banyak media. Termasuk media mainstream. Ini menjadi pelajaran penting dan berharga sebelum menyampaikan informasi, berita, kabar, dan lain sebagainya. Pastikan betul bahwa semuanya itu telah pasti dan terverifikasi secara benar. Kecepatan itu baik, akan tetapi akurasi jauh lebih penting,” ungkap Suprapto.

Informasi yang salah, tambah Suprapto, apalagi telah terpublish di dunia maya akan cepat tersebar dan itu berarti jejaknya tidak bias atau paling tidak akan sulit di hapus. “Jejak kaki yang ditinggalkan di pasir akan tersapu bersih dengan datangnya air pasang, tetapi jejak kaki digital akan bertahan selamanya!,” tulis Suprapto, dalam buku Jurnalisme Ramah Pariwisata.

Baca Juga : Kemenpar Siapkan Rencana Percepat Recovery Pariwisata Selat Sunda

Suprapto yang menjadi salah satu penulis dalam buku tersebut pun menegaskan ke para jurnalis media, bahwasanya Cuitan di Media Sosial Bukan Sumber Berita. Media Sosial (medsos) bukanlah sumber berita atau pun naras umber resmi dalam pemberitaan. Apa pun yang muncul di medsos hanya sebagai sumber informasi awal.

“Jika ingin informasi awal tersebut hendak dijadikan suatu berita, maka jurnalis wajib melakukan tugas utamanya, yaitu verivikasi, klarifikasi dan konfirmasi. Apalagi berita ini terkait dengan bencana yang berimbas pada pariwisata,” pungkas Suprapto. [*]