Diantara Kintamani, Denpasar dan Seminyak
wartaevennt.com – Bali. Sudah tiga hari ini menyambangi Bali. Ini pengalaman pertama berkunjung ke Bali setelah diterapkannya Adaptasi Baru dan dibukanya Bali untuk kunjungan wisatawan oleh Pemerintah pusat dan daerah.
Meski jauh dari kesan ramai sebelum pandemi Covid-19 menerjang dan memporak-porandakan seluruh lini pariwisata Indonesia. Termasuk Bali, yang menjadi episentrum pariwisata negeri ini.
Baca Juga : Sudah Tak Sabar Berkunjung ke Bangli, Perhatikan Syaratnya
Beberapa destinasi di Kintami, Ubud, Denpasar dan Seminyak masih sepi. “Ini sudah terlihat sedikit lebih baik, dibanding sebelumnya. Kita sudah bisa berjualan walaupun minat wisatawan untuk membeli masih rendah,” kata seorang Ibu yang menjual souvenir di Panelokan, Kintamani, Bangli, (09/08/2020).
Kintamani
Kawasan Kintamani yang selama ini menjadi salah satu ikon destinasi di Kabupaten Bangli memang masih sepi. Namun, asa untuk merajut kembali perekonomian sudah mengarah ke titik terang.
Sektor UMKM seperti kerajinan sebagai penyanggah utama Pariwisata untuk wisatawan telah mengambil peran yang penting.
Baca Juga : Cok Ace, Wacanakan Program “Work From Bali” untuk Turis Mancanegara
Produk kerajinan yang dijajakan oleh pedagang dapat menjadi bukti untuk wisatawan dibawa balik usai berlibur. Meskipun hanya membeli 1-2 pcs. Setidaknya turut membantu memperbaiki roda perekonomian warga setempat.
“Saya cuma membeli 2 pcs gelang dan sepaket buah jeruk. Selain saya suka gelang khas dari Bali, saya pun dapat membantu sedikit mengurangi produk yang dijual sama ibu-ibu yang sudah menjualnya dari pagi,” kata wisatawan asal Jawa Timur.
Sedikit ada “cahaya” di Kintamani ketika menyambangi beberapa kedai kopi. Ini nampak mafhum, karena kopi dari Kintamani telah kesohor ke mancanegara. Varietas Kopi Bali Kintamani memang menjadi salah satu yang terbaik di negeri ini.
Seperti di kedai kopi Kintamani Coffee, mulanya terasa aneh, karena di dalam kedai terlihat para penikmat kopi duduknya terlalu jauh. Padahal di luar kedai tampak antrian beberapa pengunjung yang hendak mencecap kopi di kedai ini. Walaupun itu tidak banyak antriannya.
Baca Juga : Kemenparekraf Ajak Tumbuhkan Semangat “Indonesia Care” Lawan Covid-19”
“Iya Pak, kami memang menjaga social distancing. Para pengunjung hanya dapat masuk 50 persen dari kapasitas awal. Dan, para pengunjung yang di dalam kedai pun tidak boleh lebih dari sejam agar lebih aman dan nyaman,” kata seorang barista yang terlihat sedang membuat secangkir cappuccino hangat untuk tamunya.
Menjelang petang, wisatawan yang berkunjung ke Kintamani pun berangsur menyusut. Para wisatawan mulai turun dari kawasan dataran tinggi Gunung Batur tersebut.
Denpasar
Seperti saat awal check In, salah satu jaringan operator hotel internasional pun masih sama, terlihat sepi. Padahal hari itu adalah weekend, hari paling favorite untuk wisatawan berlibur dan menginap di hotel.
Beberapa outlet terlihat masih tutup, karena sepi pelanggan. Kafe dan atau bar yang selama ini menjadi tempat paling cozy untuk ngobrol di malam hari terlihat gelap dan tak bertuan.
Tamu pun nampak secuil yang lalu lalang di malam itu. Hanya nampak beberapa pegawai hotel yang setia menjaga meja front office. Play list lagu atau gamelan biasanya terdengar riang malam itu pun tak terdengar alunan merdunya.
Baca Juga : Kemenparekraf Meyakini Kebijakan Protokol Kesehatan Industri Pariwisata Dapat Kembali Produktif
“Beginilah hotel di Bali, khususnya di Denpasar. Belum banyak tamu yang kembali berlibur ke Bali. Okupansi pun belum kembali normal. Tapi, di sini sudah agak lumayan dibanding yang lainnya,” kata pegawai hotel yang malam itu sedang bekerja.
Dan memang saat makan pagi, tidak terlihat antrian yang berarti seperti di egg corner, bread corner, atau di meja maincourse. Meja makan tamu pun tampak lengang. Meskipun telah menerapkan praktik social distancing.
Seminyak
Beda Kintamani, Denpasar dan kawasan Seminyak, Kuta. Tiga hari melakukan perjalanan di Bali di saat pandemi kawasan Seminyak dan Kuta terlihat paling lengang diantaranya.
Kawasan yang hingga kini menjadi pusat hangout para turis asing lokal itu sepi. Beberapa outlet yang biasanya selalu padat untuk menyewa papan surfing, berbelanja aksesoris interior atau hanya sekedar membeli produk fashion branded kaus hari ini Selasa (11/08/2020) mayoritas tutup.
Baca Juga : Merayu Wisatawan Melalui Platform Digital dan Konten Kreatif
“Biasanya untuk menuju ke kawasan ini selalu macet. Tapi sekarang bapak liat sendiri, hingga siang ini begitu lengang. Apalagi beberapa minggu lalu, kawasan ini bak kota mati, Pak,” ungkap Driver ojek online ini.
Driver itu pun kembali bercerita, bahwa saat ini waktu yang tepat untuk berlibur. Banyak Villa yang ditawarkan dengan harga yang terjangkau. “Selain sepi, harga Villa pun sangat terjangkau. Untuk 3 hari 2 malam dibanderol hanya 1,5 juta rupiah,” tambah sang driver.
Usai mencapai tujuan di cafe Kim Soo, sedikit terhibur. Terlihat nadi wisatawan mulai bergerak kembali.
Di kedai kopi berdesain modern minimalis terlihat wisatawan asing begitu enjoy mencecap secangkir cappucino dan makanan pendampingnya. Namun, ini pun tak berlangsung lama.
Baca Juga : Akhirnya Pemerintah Resmi Sahkan Protokol Kesehatan Sektor Pariwisata
Tidak lebih dari sejam, wisatawan mancanegara tersebut beranjak meninggalkan kedai tersebut.
“Ini sudah terlihat sedikit bagus. Sudah ada wisatawan kemari. Karena masih musim liburan. Cuma nggak tau deh setelah musim liburan selesai. Semoga ngk sepi lagi,” ujar kasir sembari memberikan secarik kertas bukti pembayaran. [*]
- Penulis & Editor : Fatkhurrohim