Site icon WARTAEVENT.COM

Forum Diskusi ICWA Membahas Situasi Terkini dan Masa Depan Kawasan Pasifik

WARTA EVENT.com – Jakarta. Forum Indonesia tentang Masalah Antarbangsa (Indonesian Council on World Affairs atau ICWA) telah menyelenggarakan diskusi bertajuk “Pacific Ocean: The Current and Future Direction” yang diselenggarakan dengan mengundang diplomat dan pengusaha asing di Menara Batavia, Jakarta, pada Kamis, (24/4/2025).

Diskusi interaktif yang dihadiri oleh korps diplomatik itu mendengarkan pandangan tentang pengembangan Kawasan Ekonomi Eksklusif Morotai, yang dipresentasikan President Direktur PT Jababeka Setyono Djuandi Darmono yang juga salah menjadi salah satu pengurus Dewan penyantun ICWA. Selanjutnya, forum juga mendengarkan presentasi dari Roving Ambassador untuk Pasifik sekaligus anggota Dewan Pertimbangan (Advisory Board) ICWA yaitu Dubes Tantowi Yahya. 

Baca Juga : ICWA Menyelenggarakan Diskusi Tentang Kedekatan Indonesia dengan Pasifik

Pertemuan dibuka secara resmi oleh Ketua Dewan Pimpinan ICWA, Duta Besar T.M. Hamzah Thayeb. Disampaikan bahwa diskusi ini adalah event besar setelah pengukuhan ICWA pada 16 Januari 2025 yang lalu. Pengukuhan kepengurusan itu menandai reaktifikasi organisasi yang didirikan oleh Menlu Ali Alatas dan Menparpostel Joop Ave pada 2 Desember 1997 tersebut. 

Dijelaskan oleh Dubes Hamzah bahwa ICWA berhasil menorehkan warisan berupa serangkaian kegiatan diplomatik, yakni peluang bagi sejumlah kepala negara/pemerintahan  maupun menlu negara sahabat yang berkunjung ke Indonesia untuk menyampaikan statement/speech dengan menghadirkan korps diplomatik di Jakarta, para pengusaha, dan akademisi.

Dalam perkembangannya keanggotaan ICWA telah meluas. Anggotanya terus bertambah dari berbagai unsur. Selain para mantan diplomat, ada kalangan pengusaha, akademisi, tehnokrat dan yang berkecimpung dalam bidang hubungan luar negeri.

Dalam diskusi yang dipandu Dubes Soehardjono Sastromihardjo, Wakil Ketua Badan Eksekutif ICWA itu menyepakati pentingnya kerjasama konkrit untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama pembangunan dan ekonomi di Kawasan Pasifik.

Morotai Dikembangkan untuk Pembangunan Infrastruktur di Pasifik

Pembicara pertama S.D. Darmono menyampaikan visi dan pelaksanaan yang telah dilakukan Indonesia dalam ikut mengembangkan Pasifik dengan mulai dibangunnya Pulau Morotai. Disampaikan oleh Darmono bahwa pulau di Maluku utara ini  menjadi salah prioritas pengembangan pariwisata dan masuk dalam daftar 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

PT Jababeka Tbk melalui anak usahanya, PT Morotai Jababeka telah mulai mengembangkan kawasan tersebut supaya layak menjadi destinasi pariwisata kelas internasional. “Karena letaknya, Morotai ini bisa jadi semacam Singapura. Singapura kan jadi hub di Asia Tenggara sebelum ke Indonesia. Ini yang kita ingin tiru untuk Morotai ini suatu hari jadi Singapura-nya Indonesia,” ujar Direktur Jababeka Darmono kepada para dubes ASEAN dan Pasifik. ’

Menurut Darmono, hal ini bisa menghidupkan ekonomi Indonesia, terutama di kawasan bagian timur. Ia menilai, masih banyak daerah di wilayah timur yang belum terkoneksi dan terbangun dengan baik. “Dengan proyek Morotai ini saya pikir ke depan akan menjadi kalau tidak jadi Singapura, minimal akan jadi Batam sebagai pusat hub ekonomi Indonesia,” kata Darmono.

Ia menambahkan, pembangunan Morotai merupakan proyek besar dan telah didukung oleh Pemerintah Indonesia. Namun bantuan pihak asing sangat diharapkan karena  manfaatnya juga akan dirasakan bagi negara-negara di sekitar wilayah tersebut seperti Taiwan, Jepang, Cina, Korea bahkan sampai Australia dan dan negara-negara Pasifik lainnya.

Baca Juga : Menlu Sugiono Kukuhkan Kepengurusan ICWA 2025-2027 di Kantor Kemlu

“Saya yakin, tidak lama lagi Morotai akan hidup dan menjadi salah satu destinasi kelas dunia yang bisa diandalkan untuk menarik wisman,” jelas Presiden Direktur Jababeka ini.

Jababeka terus mengembangkan bisnis di kawasan Morotai itu secara bertahap. Tahap awal, Jababeka akan membangun 10.000 rumah dengan sasaran kelas menengah, dan hotel yang terdiri dari 10.000 kamar. Selanjutnya, perusahaan tersebut akan membangun tempat pariwisata, sekolah untuk mensuplai SDM di sana.

Lokasi tersebut antara lain Pulau Morotai itu sendiri, yakni tepatnya di Daruba, Wayabula, dan Bobula. Kemudian, Pulau Rao yakni di Desa Posi-Posi Rao, Desa Saminyamau, Desa Aru Burung, Desa Lou Madoro, dan Desa Leo-leo.

Baca Juga : Pengurus ICWA Beranjangsana ke Menlu Sugiono

Adapun pembangunan yang dilakukan meliputi pengembangan kawasan lingkungan, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan penyehatan lingkungan permukiman, dan pengembangan sistem penyediaan air minum. Biaya pengembangan keciptakaryaan di KSPN Morotai ini mencapai Rp 189,9 miliar.

PT Jababeka adalah perusahaan properti yang dipercaya pemerintah untuk membangun Pulau Morotai seluas 50.000 hektar. Pengembangan wilayah ini akan dilakukan secara bertahap, dengan fokus pada pembangunan kawasan industri pariwisata dan industri, serupa dengan Batam.

Proyek Pengembangan Morotai:

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Morotai: PT Jababeka Morotai mengembangkan KEK Morotai seluas 1.500 hektar, dengan fokus pada pariwisata, industri, logistik, dan pengolahan ekspor.

Investasi dan Pembangunan:

Investasi Properti: PT Jababeka Morotai membuka peluang investasi properti dengan program Bisnis Terbaik Properti (BTP) Abad 21, dengan penawaran investasi Rp180 juta dan konsep bagi hasil keuntungan 85:15.

Pembangunan Vila dan Penginapan

Pembangunan vila dan penginapan oleh investor lokal dan asing, termasuk investor Jepang, sedang dilakukan. Peningkatan Sektor Pariwisata: PT Jababeka dan Pemkab Morotai menjalin kerja sama untuk meningkatkan sektor pariwisata melalui seminar dan bimbingan teknis pemasaran dan marketing

Situs Sejarah Pasifik 

Darmono menyampaikan bahwa Morotai menyimpan peninggalan sejarah puing dan alat tempur dari Perang Dunia II serta memiliki keindahan alam bawah laut dengan keanekaragaman biota dan terumbu karang.   

Sejumlah wilayah Indonesia bagian timur menjadi saksi bisu berkecamuknya Perang Dunia II, terutama perseteruan pasukan Sekutu dengan tentara Jepang dalam menguasai kawasan Asia Pasifik. Salah satunya adalah sebuah pulau di sebelah utara Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Namanya Pulau Morotai, tercatat dalam sejarah dunia ketika menjadi palagan Pasifik (Pacific Theatre) militer Jepang dengan sekutu.

Baca Juga : Tingkatkan Kerja Sama, Pengurus FDBRI Melakukan Kunjungan ke Bappenas

Pulau seluas 2.330 kilometer persegi ini sebagian wilayahnya masih tertutup hutan lebat. Semula tentara Jepang menguasai pulau ini pada 1942 dengan membangun pangkalan militer, termasuk landasan udara di sekitar Pantai Daruba.

Sejarawan Robert Ross Smith dalam The Approach to The Philippines terbitan tahun 1953 mengungkapkan bahwa dalam sebuah rapat militer AS pada Juli 1944 di bawah pimpinan mantan Kepala Staf Angkatan Darat Douglas MacArthur di Hawaii, nama Morotai masuk dalam daftar lokasi untuk direbut dari tangan Jepang.

Ini sebagai tindak lanjut perintah Presiden Franklin Roosevelt kepada MacArthur beberapa hari sebelumnya. MacArthur, Panglima Tertinggi AS untuk kawasan Pasifik Barat Daya, memimpin pasukannya memasuki Morotai dari Biak pada 15 September 1994 lewat Operasi Tradewind.

Baca Juga : Hasil Survey Lowy Institute: Kinerja Diplomasi RI 2018-2024 Mengalami Peningkatan

Dengan kekuatan 57.020 pasukan gabungan bersama militer Inggris, Australia, dan Belanda, MacArthur berhasil memukul mundur ratusan prajurit Jepang lewat peperangan yang berlangsung hingga 4 Oktober 1994. Ratusan prajurit dari kedua pihak menjadi korban. Begitu pula dengan nasib alat-alat tempurnya.

Tantowi Yahya: Kawasan Pasifik adalah arah geopolitik masa depan

Pembicara kedua, mantan Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya memandang Samudera Pasifik sebagai kawasan yang menjadi arah kebijakan geopolitik, ekonomi dan sosial di masa mendatang, di mana berbagai aktivitas akan terpusat di kawasan tersebut.

Tantowi mendasarkan alasannya pada letak geografis kawasan tersebut dan adanya minat yang besar dan terus meningkat dari negara-negara besar terhadap kawasan tersebut.

Baca Juga : Pengalaman Para Diplomat Wajib Dipelajari Pelaku dan Pemerhati Polugri: Kesimpulan Prodi HI Unpad

“Saya berbicara tentang Amerika Serikat, China, Jepang, dan Uni Eropa,” kata Dubes Tantowi. “Bagi saya ini sangat menarik. Saya katakan menarik, mengapa? Karena Indonesia memang bagian dari Pasifik,” katanya.

Di sebelah barat dan selatan, wilayah Indonesia diapit oleh Samudra Hindia. Sementara di sebelah timur, wilayah Indonesia diapit oleh Samudra Pasifik, dengan sebagian wilayahnya memang berada di Pasifik. “Kita tidak bisa mengelak. Itu anugerah Tuhan,” katanya.

Dia menjelaskan, ada lima alasan mengapa suatu negara terhubung dengan suatu kawasan. Di antaranya karena hubungannya secara geografis, budaya, sosial, politik dan ekonomi. “Semua itu ada di Pasifik. Kita terhubung dengan Pasifik melalui lautan. Kita adalah bagian dari Pasifik,” katanya menegaskan.

Oleh karena itu, selama menjadi Dubes RI untuk Selandia Baru, yang memiliki peran sangat penting bagi kawasan tersebut, Tantowi mengatakan dia berupaya meningkatkan hubungan persahabatan masyarakat Indonesia dengan masyarakat-masyarakat di Kawasan Pasifik.

“Saya berkeliling universitas. Saya berkeliling sekolah, hanya untuk membuat mereka mengerti mengapa kami peduli dengan Anda. Mengapa kami peduli dengan Pasifik. Bukan karena alasan politik. Itu hanya karena kita bersaudara. Kami peduli dengan kesejahteraan, stabilitas, dan pembangunan di kawasan itu,” katanya.

Baca Juga : Apresiasi Jerman Terhadap Kepemimpinan Indonesia di Kawasan Indo-Pasifik

Mengingat peran strategis kawasan tersebut bagi Indonesia, Tantowi mendorong berbagai pemangku kepentingan di tanah air untuk terus meningkatkan hubungan persahabatan dengan negara-negara di kawasan Pasifik lainnya. “Kedekatan itu artinya kita harus terus memaintain komunikasi dengan mereka,” katanya.

Antusiasme dubes asing terhadap visi dan keinginan Indonesia memajukan Pasifik

Dubes Selandia Baru Philip Taula menyampaikan apresiasinya terhadap upaya ICWA dalam mempromosikan kawasan Pasifik. Ditambahkan pula oleh Dubes Selandia Baru  yang baru tiga bulan di Indonesia ini bahwa dalam sepuluh tahun periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan sekarang diteruskan oleh Presiden Prabowo, keterlibatan Indonesia di wilayah kepulauan Pasifik menunjukkan peningkatan.

Selandia Baru merasakan bahwa tanggung jawab Indonesia sebagai bagian dari Pasifik akan menumbuhkan kesejahteraan dan perdamaian Pasifik. Untuk itu Selandia Baru sebagai mitra Indonesia akan bekerjasama dalam mempercepat pembangunan di negara-negara Pasifik.

Baca Juga : ‘Tulisan Para Diplomat Wajib Dibaca Pemerhati Polugri’, Komentar Tantowi Yahya

Beberapa peserta lainnya seperti Dubes Nazaruddin Nasution dan Dubes Silvia Gayatri yang juga pengurus ICWA memberikan komentar positif terhadap upaya Indonesia dalam mengembangkan kawasan timurnya. Promosi dan keterbukaan Indonesia dan ASEAN tentang pengembangan Pasifik juga perlu digencarkan.

”Timing” yang tepat

Penyelenggaraan diskusi tentang Pasifik ini bersamaan waktunya dengan kunjungan kenegaraan Perdana Menteri (PM) Fiji, YM Stiveni Rabuka ke Indonesia tanggal 24 April 2025. PM Fiji dan Presiden Prabowo Subianto juga melakukan pertemuan tête-à-tête dan pertemuan bilateral dengan delegasi kedua negara.

Setelah disambut oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, PM Rabuka menyatakan  penghargaannya kepada Indonesia yang selalu memberikan perhatian kepada masalah ekonomi dan pembangunan kepada Fiji dan negara-negara Pasifik lainnya.

Baca Juga : Ini Peran Diplomat dalam Menjalankan Polugri

Yang menarik menurut catatan Dubes Dupito Simamora saat pembicaraan blateral. PM Rabuka mengakui bahwa Indonesia adalah bagian dari ”keluarga” Pasifik. Ini disampaikan berulang-ulang kepada Presiden Prabowo yaitu ”we belong to the Pacific”. PM Rabuka juga mengakui integritas teritorial dan kedaulatan Indonesia dalam pidatonya.

Mengingat mulai September 2025 mendatang Fiji adalah Ketua KTT Pacific Islands Forum, maka peran PM Rabuka selaku statesman yang terpandang di Pasifik tersebut sangat penting bagi RI.

Sedianya PM Rabuka akan berkunjung dan memberikan pidato di ICWA namun berhubung malamnya harus segera kembali ke Suva, PM hanya bertemu dengan pengurus KADIN sebelum bersiap menuju Airport dan meneruskan perjalanan ke Fiji.

Baca Juga : Ini Kesiapan Kementerian Luar Negeri RI dan Pemda Jawa Barat dalam Program INDONESIA-FEALAC 2023

Kombinasi pertemuan kedua pemimpin negara tersebut ditambah dengan diskusi ICWA dengan korps diplomatik di Jakarta, kiranya tidak saja mampu memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Fiji, namun juga antara Indonesia dengan Pasifik.

Kunjungan ini juga diharapkan menjadi momentum strategis dalam meningkatkan kolaborasi antara Indonesia dan Fiji, sekaligus memperkuat peran kedua negara dalam menghadapi tantangan global bersama.

Baca Juga : 2 Lembaga, BAPPENAS dan UNDP Apresiasi Peresmian SDGs Center

Sebagaimana diketahui Indonesia juga menyediakan beasiswa bagi komunitas Pasifik di beberapa universitas di Indonesia dengan fokus pada kebutuhan dan tantangan eksistensial di kawasan kepulauan Pasifik. Langkah positif yang dilakukan ini perlu diperkuat dengan literasi Pasifik dan konsistensi komitmen sehingga sejumlah upaya yang dilakukan ini dapat sejalan dengan kebutuhan regional kawasan kepulauan Pasifik. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Wartamedia Network WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029Vb6hTttLSmbSBkhohb1J Pastikan kalian  sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Exit mobile version