WARTAEVENT.com – Jakarta.”Peringkat kinerja Diplomasi Indonesia mengalami kenaikan”, demikian disimpulkan oleh Susanna Patton, Direktur Program Asia Tenggara di Lowy Institute dan Pemimpin Proyek Asia Power Index. Hal ini ditandai dengan banyaknya potensi kerjasama yang dikembangkan Indonesia dengan mitra nya baik dalam lingkup bilateral, regional dan multilateral.
”Meskipun area yang difokuskan hanya Asia, namun akan memiliki potensi besar dengan kawasan lain, mengingat kebutuhan untuk saling melengkapi kepentingan yang besar terutama dengan Eropa.
Baca Juga : Pengalaman Para Diplomat Wajib Dipelajari Pelaku dan Pemerhati Polugri: Kesimpulan Prodi HI Unpad
Keterangan di atas disampaikan dalam pertemuan daring yang diselenggarakan oleh Badan Kerja Sama Strategis Politik Luar Negeri (BKSLN) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dengan kementerian dan lembaga Pemerintah, think tank, perguruan tinggi, lembaga dan LSM, Perwakilan RI di luar negeri.
Dalam pidato sambutannya Dr. Yayan G.H. Mulyana Kepala BKSLN Kemlu menyatakan apresiasinya kepada Lowy Institute dan para pembicara yang hadir dalam pertemuan.
”Implikasi dari hasil kajian Asia Power Index sangat besar. Karena Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara dan anggota G20”, kata Yayan G.H. Mulyana.
Baca Juga : ‘Tulisan Para Diplomat Wajib Dibaca Pemerhati Polugri’, Komentar Tantowi Yahya
Ditambahkannya, Indonesia dan negara-negara lain yang mendapat kajian harus menyadari peluang dan tantangan yang muncul dari pemeringkatan ini. Ditambahkan pula bahwa posisi yang kuat dapat meningkatkan pengaruh diplomatik Indonesia, menarik investasi asing, dan membina kemitraan regional.
Selanjutnya beberapa penanggap lainnya memberikan komentar beragam tentang metode pengkajian yang komprehensif dengan menyertakan variabel lain yaitu: militer, ekonomi, ketahanan pangan, dan peranan masyarakat.
Dr Athigah Nur Alami, Kepala Riset Politik Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa data penilaian Asia Power Index (APl) sahih mengingat kegiatan survey ini menggunakan tolok ukur sumber daya dan pengaruh untuk menentukan peringkat kekuatan negara-negara di Asia. Proyek ini memetakan distribusi kekuatan yang ada saat ini, dan melacak pergeseran keseimbangan kekuatan dari waktu ke waktu.
Baca Jugaa : Peringati 75 Tahun Hubungan Diplomatik, AS dan Indonesia Promosikan Kebudayaan Bersama
Sementara itu Periset senior, Andrew Mantong dari CSIS memberikan komentar terkait dari hasil riset dengan visi politik Luar Negeri (LN) Presiden Prabowo Subianto. Disebutkan oleh Andrew bahwa kajian API untuk mendorong transformasi yang berarti. Kuncinya terletak pada pengolahan data yang efektif.
Dengan menganalisa berbagai metrik yang berkontribusi pada peringkat Indonesia, maka pemerintahan Presiden Prabowo dapat mengidentifikasi bidang-bidang di mana Indonesia unggul dan di mana letaknya kekurangannya.
Dengan demikian keinginan Indonesia untuk bergabung pada BRICS memiliki dasar yang kuat karena fundamental sumber daya yang ada dan memungkinkan para pembuat kebijakan untuk mengalokasikan sumber daya secara strategis, dengan fokus pada inisiatif yang meningkatkan posisi global kita.
Baca Juga : Ini Peran Diplomat dalam Menjalankan Polugri
Dosen Universitas Paramadina Dr. Dinna Prapto Rahardja memberikan komentar tentang pentingnya peranan non-state actors dalam pengembangan diplomasi Indonesia. Disebutkan bahwa diplomasi tidak saja berada dalam ranah publik tetapi juga sosial. Kebudayaan dan ekosistem sumber daya alam akan memberikan nilai besar terhadap pergaulan antar bangsa.
Dalam menanggapi komentar para hadirin, Susanna Patton menyatakan bahwa capaian penting (significant takeaways) yang diperoleh Indonesia merupakan hasil tertinggi dalam comprehensive power sejak 2018 dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN dan berbagai fora multilateral.
Kekuatan lainnya adalah memiliki potensi besar dalam sumber daya alam/energi dan dengan jumlah penduduk yang besar. Namun demikian yang perlu segera dibenahi adalah adanya penurunan dalam ketahanan ekonomi dan lingkungan hidup. Salah satu prestasi Indonesia adalah membawa semua negara Asia Tenggara menjadi anggota ASEAN termasuk Timor Leste.
Baca Juga : Kisah 17 Diplomat Berkiprah di Mancanegara
Indeks peringkat ini memberikan perhatian pada riset tentang hubungan diplomatik, hubungan perdagangan regional, dan jaringan pertahanan yang membentuk lanskap geopolitik. Penilaian tersebut meluas ke kekuatan militer yang terkait dengan peperangan darat, laut, dan udara, yang memproyeksikan pandangan terperinci tentang pencegahan nuklir dan sumber daya demografi.
Asia Power Index, yang dikurasi oleh para ahli di Lowy Institute, secara holistik mengevaluasi dinamika yang menentukan distribusi kekuatan di kawasan tersebut, yang mencerminkan analisis komprehensif yang mencakup serangkaian indikator dan sub-ukuran penting.
Sebagai latar belakang dapat disampaikan bahwa setiap tahun, Lowy Institute, organisasi nirlaba dan wadah pemikir non-pemerintah Australia, menerbitkan API ini memberi peringkat pada 27 negara dan wilayah dalam hal kapasitas mereka untuk membentuk lingkungan eksternal mereka—cakupannya mencapai wilayah barat hingga Pakistan, wilayah utara hingga Rusia, dan Pasifik seperti Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.
Bila dikaitkan dengan visi kabinet Prabowo, maka kajian ini dapat memberikan dorongan kuat kepada kinerja diplomasi di bawah pimpinan Presiden Prabowo. Setidaknya API berfungsi sebagai cermin yang merefleksikan posisi Indonesia di kancah global.
Baca Juga : Acara Bedah Buku dan Seminar Nasional ASEAN Berlangsung Sukses di Universitas Hazairin Bengkulu
Dengan memahami peringkat kita dan memproses data yang kita miliki secara efektif, Indonesia dapat menyusun kebijakan yang meningkatkan pengaruhnya dan menjamin masa depan yang sejahtera bagi bangsa kita. Sebagaimana ditekankan Kepala BKSLN budaya pengambilan keputusan berbasis data dapat memberdayakan para membuat pilihan berdasarkan informasi yang sesuai dengan scientific evidence. Pendek kata acara Foreign Policy Data Talk (Pembicaraan Data Kebijakan Luar Negeri ini) ini sangat relevan dan tepat waktu. (*)
- Penulis : Candra Winarno
- Editor : Fatkhurrohim