WARTAEVENT.com – Jakarta. Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwarparekraf) menggelar diskusi Ngoprek (Ngobrolin Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), terkait polemik pelaksanaan study tour.
Diskusi yang digelar dengan menghadirkan Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Enik Ermawati atau akrab disapa Ni Luh Puspa ini berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Kementerian Pariwisata, Rabu, (14/5/2025), mengangkat tema “Dilarang atau Diatur? Mencari Titik Temu Antara Study Tour dan Masa Depan Pariwisata”.
Baca Juga : Kemenpar dan Kemenkop Perkuat Desa Wisata Lewat Koperasi Merah Putih
Dalam diskusi yang juga menghadirkan sejumlah pemangku kebijakan sektor pariwisata dan pendidikan dari pusat dan daerah ini menghasilkan titik temu akan pentingnya regulasi yang jelas dan kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan ekosistem wisata edukatif yang aman, inklusif, dan berdampak positif.
Sejumlah pemangku kepentingan pun sepakat bahwa pelarangan bukanlah solusi utama. Sebaliknya, diskusi mengarah pada pentingnya penyusunan regulasi yang adil dan pendekatan kolaboratif untuk menciptakan pelaksanaan study tour yang lebih terorganisir dan berdampak positif.
Para narasumber dalam diskusi ini pun berbagi pandangan dan solusi terkait kekhawatiran orang tua, keamanan, serta manfaat edukatif dalam setiap perjalanan studi. Mereka sepakat bahwa kolaborasi antar sektor—pemerintah, sektor pariwisata, dan dunia pendidikan—adalah kunci untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan potensi wisata edukasi secara maksimal.
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, dalam sambutannya menegaskan bahwa fokus utama pemerintah bukan pada larangan, tetapi pada upaya menciptakan pedoman yang menjamin keselamatan dan kebermanfaatan wisata edukasi.
Baca Juga : Tren Positif: Kunjungan Wisman Naik 9,42 Persen, Optimisme Pariwisata Meningkat
“Bukan soal menghasilkan angka pariwisata, tapi bagaimana kegiatan ini memberi manfaat nyata bagi adik-adik kita. Kita ingin solusi jangka panjang, bukan sekadar memadamkan polemik sesaat,” ujar Ni Luh.
Menurutnya, Kemenpar tengah berproses menyusun pedoman wisata edukasi yang berfokus pada keamanan siswa, kesiapan destinasi, dan nilai pembelajaran. “Wisata edukasi perlu dirancang dengan hati-hati, tapi jangan sampai anak-anak kehilangan kesempatan belajar langsung dari lingkungan,” katanya.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenpar, Rizki Handayani Mustafa, mengakui bahwa selama ini belum ada pedoman nasional yang secara khusus mengatur penyelenggaraan wisata edukatif.
Baca Juga : The 1st Indonesia Quality Tourism Conference untuk Perkuat Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia
Ia pun menyambut baik perhatian berbagai pemda yang mendorong penataan ulang. “Ini bisa jadi blessing in disguise. Diskusi seperti ini penting agar kita tidak terjebak pada pelarangan, tapi membahas model penyelenggaraan yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Sementara itu, Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Herdi Herdiansyah, menyampaikan bahwa Dinas Pendidikan Provinsi Banten menerima banyak aduan terkait study tour, terutama dari sisi beban biaya dan keamanan. “Karena itu kami tidak melarang, tapi mengimbau kegiatan dilakukan di dalam provinsi. Banyak destinasi lokal yang cocok untuk tujuan edukasi,” kata Herdi.
Dari sisi pendidik, Koordinator Nasional P2G (Perhimpunan Pendidikan dan Guru) Satriawan Salim, mengatakan pentingnya membedakan antara “study” dan “tour”. Pelarangan total justru bisa menghilangkan potensi pembelajaran yang kontekstual. “Yang harus dihindari adalah tour tanpa study. Kita butuh standarisasi—dari proporsi pembimbing, keamanan, sampai substansi edukasinya,” katanya.
Hal senada disampaikan Direktur Utama TMII, Intan Ayu Kartika. Ia melihat perlunya regulasi dan standar nasional untuk memastikan study tour berjalan aman dan bermakna. “Anak-anak perlu ruang belajar di luar kelas untuk membentuk karakter. Tapi tentu harus ada aturan yang mengatur jumlah pendamping, kurasi materi, hingga transportasi,” jelasnya.
Baca Juga : Danau Paisu Pok: Warisan Alam, Cerita Leluhur dan Permata Wisata Penggerak Ekonomi
TMII sendiri selama ini menjadi salah satu destinasi utama wisata edukatif di Indonesia. Intan menegaskan pentingnya memperkenalkan kebudayaan dan keragaman sejak usia dini. “Daripada terlalu jauh, TMII menawarkan pengalaman belajar budaya Indonesia yang kaya. Di sinilah anak-anak bisa mengenal akar keindonesiaan mereka,” ujarnya.
Dari pelaku industri, Managing Director Adonta Education, menyampaikan perlunya pemisahan antara biro perjalanan umum dengan agen khusus edutrip. “Travel agent biasa akan mengoptimalkan waktu untuk kunjungan, sementara edutrip butuh pendekatan berbeda—dari aspek keamanan, compliance, sampai nilai akademik. Negara seperti Australia dan Jepang sudah punya sistem ini,” ujarnya.
Sugeng Handoko, tokoh desa wisata dari Nglanggeran, turut menyoroti dampak positif study tour terhadap pembentukan karakter siswa. Ia mencontohkan pengalaman siswa yang belajar langsung dari alam dan masyarakat lokal.
Baca Juga : Danau Paisu Pok: Surga Air Sebening Kristal yang Tersembunyi di Banggai Kepulauan
“Ada anak yang berubah jadi lebih menghargai makanan setelah melihat sendiri bagaimana menanam dan memasak di desa. Ini nilai yang tidak bisa didapat dari buku pelajaran,” katanya.
Diskusi Ngoprek edisi perdana menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam merumuskan kebijakan yang tidak hanya melindungi siswa, tetapi juga mendorong terciptanya ekosistem wisata edukatif yang sehat, aman, dan berdampak positif.
Forum ini memperlihatkan bahwa semua pihak—dari pemerintah, pelaku industri, hingga masyarakat—memiliki peran vital dalam menciptakan format study tour yang aman, inklusif, dan bermakna. Kesepakatan yang muncul adalah bahwa pelarangan bukanlah solusi, melainkan regulasi yang adil dan kolaborasi lintas sektor yang diperlukan.
Ngoprek akan diadakan secara rutin setiap bulan sebagai ruang dialog terbuka antara pemangku kepentingan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dengan semangat partisipatif, kolaborasi antar berbagai pihak sangat diharapkan untuk mendukung masa depan industri yang lebih sehat, relevan, dan berkelanjutan.
Baca Juga : TMII Hadirkan “JELAJAH SERU LEBARAN” untuk Rayakan Libur Lebaran 2025 dengan Beragam Atraksi Seru
Penyelenggaraan Ngoprek edisi perdana ini berhasil terlaksana berkat dukungan dari Kementerian Pariwisata, ARTOTEL Group, Injourney, Adonta Education, HABITARE Rasuna Jakarta, Aston Kemayoran City Hotel. Kehadiran para mitra ini menunjukkan komitmen bersama dalam mendorong praktik pariwisata edukatif yang bertanggung jawab. (*)
- Editor : Fatkhurrohim
- Photo : Forwarparekraf/Ibonk