News

Waspada Konten Negatif Seperti Hoaks

WARTAEVENT.COM, Kab. Lumajang – Perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar informasi tidak benar.

Zainul Arifin, Owner CIO Indonesia Arts Culture, mengatakan, rata-rata masyarakat Indonesia mengakses internet 8 jam 32 menit/hari, media social 3 jam 14 menit/hari. “Angka tersebut lebih lama dari durasi rata-rata masyarakat global, sehingga kita dibanjiri informasi setiap saat ibarat tsunami informasi,” tutur Zainul, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (1/10/2021).

Dampak positif sosial media yakni menyediakan media hiburan, akses informasi mudah dan menjalin silaturahmi. Namun kita juga perlu waspada terhadap konten negatif seperti hoaks. Ciri-cirinya yakni kalimat dimulai dengan judul yang heboh, berlebih-lebihan, provokatif dan diakhiri dengan tanda seru. Isi tidak masuk akal, dukungan buktinya palsu atau tidak dapat dilacak, tidak muncul di media berita arus utama.

Ia menambahkan, kenapa masyarakat mudah percaya berita palsu, hal itu disebabkan karena kurang literasi, terus disebar, bias informasi, resistensi pada kebenaran.

“Ada empat ciri hoaks menurut Kominfo, yakni sumber informasi atau medianya tidak jelas identitasnya, pesan tidak mengandung unsur 5W+1H lengkap, pihak yang menyebarkan informasi meminta info tersebut disebarluaskan semasif mungkin, hoaks diproduksi untuk menyasar kalangan tertentu,” ungkapnya.

Ia juga menjelaskan, media sosial bisa berbadan hukum atau tidak, tidak ada regulasi secara khusus mengatur media sosial, tidak ada kode etik yang khusus mengatur media sosial.

Sementara yang dilarang terkait distribusi konten, yakni jangan menyebar konten yang melanggar kesusilaan, perjudian, penghinaan dan pemerasan. Penyebaran berita bohong yang merugikan konsumen. Menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan, ancaman kekerasan atau teror pribadi.

Ia menerangkan, perkembangan dunia digital saat ini cepat sekali. Ketika ingin mencari informasi menjadi mudah dan cepat, karena sudah ada yang namanya media digital.

“Dampak negatifnya yaitu tidak selalu karya yang kita buat disukai semua orang. Tentang konten yang gampang tersebar pernah konten aku sempat ramai dan dalam jangka waktu satu malam saja, sudah ada media yang memblow up hingga muncul misinformasi. Ada lebih baiknya kita melihat sebuah konten di cross check dulu biar tidak menimbulkan salah persepsi,” katanya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (01/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Made Sudaryani (HARI Consultant & Practicioner), Muhammad Isnaini (Model) sebagai Key Opinian Leader, Felix Kusmanto (Dosen Psikologi dan Pengamat SDM), dan Virginia Aurelia (Co-Founder Ophion Design & Craft).

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. BerlAndaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply