News

Pentingnya Literasi Bahasa Saat Bermedia Sosial

WARTAEVENT.com – Bandung. Hal yang sering terlupakan ketika berinteraksi di ruang digital ialah kita serasa dekat dengan mereka yang baru kita kenal. Kita tidak menyadari lawan bicara kita itu lebih tua atau lebih muda. Namun, kita menyamaratakan segala usia sehingga tidak memperhatikan bahasa.

Grandis Putri Ogustina, pengajar dan pegiat pintu bahasa mengkritisi banyak netizen yang lupa menggunakan salam atau ungkapan saat memulai dan mengakhiri interaksi. Padahal kata-kata yang dapat kita gunakan seperti selamat pagi, halo, hai dan sejenisnya.

Jika berlatar budaya sama, gunakan ungkapan salam berbahasa daerah agar lebih akrab. Misalnya wilujeng enjing, punten, Sugeng sonten dan sejenisnya. Gunakan bahasa sendiri jika sudah sangat akrab kata-kata yang digunakan seperti bro, sis, bund, ceu dan sejenisnya. Pahami konteks soalnya kepada siapa komentar itu ditujukan, kepada lebih tua, muda seumuran orang yang dikenal.

“Gunakan kata maaf, tolong dan kata sebaiknya saat memberi saran. Apa tujuan komentar kita, perhatikan pemilihan kata saat berkomentar. Kita juga harus pandai membaca situasi berkomentar, baca ulang komentar sebelum diposting atau menyunting kata umpatan atau mengolok-olok,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/10/2021) siang.

Cari cari alternatif kata yang dapat dilakukan, misalnya ‘kecelakaan tunggal motor yang kebut-kebutan pemotor sudah mati’ kata mati itu bisa kita ganti dengan nampaknya dia sudah tidak bergerak atau nampaknya dia sudah tidak bernafas. Itu lebih menunjukkan sifat-sifat mati sehingga tidak langsung menjurus kepada kata-kata yang terlalu ekstrem.

Untuk menyunting komentar sebelum diposting kita coba untuk daur ulang kalimat secara utuh. Misalnya, ada komentar netizen ‘dikatain nggak mau tapi kelakuan Anda nggak ngotak entah dongeng atau apalah.’

Ganti kalimat nggak ngotak agar lebih enak dibaca bisa kurang berfikir atau kurang cerdas juga bisa dengan kurang berpikir. Sebaiknya kita berpikir dulu sebelum posting komentar kita agar terhindar dari cemoohan orang lain.  Untuk menyarankan sesuatu kepada orang lain juga kita menggunakan kata sebaiknya agar tidak terkesan menggurui.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/10/2021) siang, juga menghadirkan pembicara, Herman Pasha (Senior Trainer), Albert Nara (Praktisi IT), Putu Yani Pratiwi (Owner @askaravilla), dan Shinta Putri sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional untuk Indonesia #MakinCakapDigital ini berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills). Dan melibatkan 110 lembaga juga komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan yang diadakan di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten ini dilaksanakan secara virtual berbasis webinar. Dengan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Dengan maksud dan tujuan utamanya membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (*)

Leave a Reply