News

Tidak Semua Pengguna Media Sosial Bijak Berkomunikasi

WARTAEVENT.COM, Kab. Malang – Kebebasan berpendapat memang dijamin oleh undang-undang, namun sekarang ini banyak orang yang kebablasan menyalahgunakan kebebasannya. ‘Pelanggaran’ dan penyalahgunaan kebebasan berpendapat ini kerap terjadi di dunia maya.

Hal itu diungkapkan Dhimas Dwi N. H, Dosen Politeknik Negeri Malang, pada saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (2/7/2021).

“Tak dimungkiri, bagi sebagian orang Indonesia, media sosial menjadi wadah tersendiri untuk berbagi rutinitas keseharian. Karena seiring perkembangan zaman, melalui media sosial kegunaannya tidak melulu untuk berbagi informasi, tapi saling menjatuhkan. Untuk menghindari terjadinya hal ini, perlu adanya penanaman ajakan untuk bijak menggunakan media sosial sejak usia dini,” paparnya.

Dari data ada 160 juta pengguna media sosial dari 272,1 juta jiwa penduduk Indonesia. Social media platform yang paling sering digunakan adalah YouTube, WhatsApp, Instagram, Facebook dan Twitter.

“Itu merupakan data tahun 2020, kemungkinan tahun 2021 ini peningkatan jauh lebih banyak dan penetrasinya juga,” ujarnya.

Lanjutnya, tidak semua penguna media sosial bijak berkomunikasi. Terkadang penguna media sosial melakukan secara yang tidak ada manfaatnya hanya membuang waktu.  Setiap penguna media sosial harus mempunyai sikap bijak dan bertanggung jawab. Karena media sosial sangatlah berpengaruh dan berperan penting.  Jangan sampai penguna media sosial menyebarkan hoax, penyebaran ujaran kebencian,mengadu domba, pecemaran nama baik, memfitnah dan hal-hal merugikan banyak pihak.

“Penguna media sosial harus bijak dengan tidak memberikan data pribadi pada umum seperti jangan memposting konten secara asal-asalan. Jangan sampai penguna media sosial dapat menyingung pihak lain. Harus menjaga etika dikarenakan media sosial memang memberikan kebebasan bagi para pengunanya. Akan tetapi bukan berarti pengguna media sosial harus bebas dalam beretika. Hindarilah pengunaan kata kasar, kata-kata mengandung kebencian hormatilah setiap penguna media sosial yang lain agar menjadi bijak dalam bermedia social,” katanya.

Ia menambahkan, banyak orang yang meluapkan emosi dan kritikan lewat media sosial hingga berakhir jadi kasus penghinaan atau pencemaran nama baik. Bahkan, berdasarkan laporan dari Digital Civility Index (DCI) netizen Indonesia dinobatkan sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (2/7/2021) juga menghadirkan pembicara DT Yunanto (Co-Founder AutoSultan Komunitas AutoTrading Forex), Ahmad Amir Haqiqi (Founder Wathan Adventure Product & Relawan TIK), Dika Bagus Setiawan (Guru SDN Kebonsari 2 Kacuk Malang & Relawan TIK), dan Sukma Ningrum sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Leave a Reply