News

Jangan Hanya Judul, Kenali Isi Berita agar Tak Termakan Hoaks

“Di Indonesia, semakin lama menggunakan internet, semakin rentan menyebar hoaks dari pada pengaruh usia, jenis kelamin, atau bahkan tingkat pendidikan,” ujar Aini mengawali paparannya.

Dalam pencegahan hoaks, lanjut Aini, peran literasi digital amat penting. Literasi digital adalah kecakapan menggunakan media digital dengan beretika dan penuh tanggung jawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi. Literasi digital yang baik dapat membuat seseorang berpikir kritis terhadap segala informasi yang beredar di internet. Lalu, ia akan membuat seseorang berpikir ulang sebelum membagikan informasi tersebut demi memastikan apakah faktanya benar atau palsu.

Baca Juga : Hati-hati Maraknya Hoaks disekitar Kita!

“Apabila mendapat informasi dari internet, amati pesannya, baca sampai selesai, lalu cari sumbernya. Ini semua perlu dilakukan untuk menghindari jebakan hoaks dari internet,” ucapnya.

Sementara itu, Erfan Hasmin mengingatkan jeratan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) terhadap siapapun yang turut menyebarkan hoaks. Selai menyebarkan hoaks, konten yang dilarang dalam UU ITE adalah menyebarkan video asusila, pencemaran nama baik, pemerasan dan pengancaman, serta ujaran kebencian. Hukuman bagi para pelaku, selain pidana penjara, adalah denda uang hingga miliaran rupiah.

Baca Juga : 4 Cara Hentikan Penyebaran Hoaks di WhatsApp

“Mengapa orang cenderung percaya terhadap berita yang diterima di aplikasi Whatsapp? Sebab, mereka percaya berita yang sesuai dengan opini mereka sendiri. Misal, seseorang memang sudah tak setuju terhadap orang tertentu, kelompok maupun produk tertentu, maka ketika ada informasi yang mengafirmasi opininya, ia cenderung akan mempercayainya,” ujarnya.

Erfan juga menyarankan agar setiap berita yang disebar sebaiknya tidak hanya dibaca judulnya saja, melainkan harus dibaca utuh dan lengkap. Ini untuk menghindari jebakan hoaks. Selain itu, dengan membaca utuh isi berita menghindarkan orang untuk salah paham atas maksud dan isi berita tersebut.

Baca Juga : Pentingnya Literasi untuk Menangkal Informasi Hoaks di Media Sosial

Tommy F Rumengan menambahkan, hoaks masih banyak memakan korban di masyarakat lantaran sejumlah faktor. Faktor tersebut adalah rendahnya literasi digital dan pola berpikir kritis. Lalu, ada nuansa kurangnya rasa percaya masyarakat dan pemerintah. Masyarakat juga banyak yang belum cakap memisahkan sumber informasi yang valid dengan sumber yang abal-abal atau tidak jelas asal-usulnya.

“Saat menerima berita, sikap yang tepat adalah mengenai sumber informasinya. Untuk konteks, sebaiknya ada kemampuan untuk memahami inti pesan tersebut. Teliti pula keaslian video dan foto yang ada di berita. Kemudian, ini yang tak kalah penting, harus bisa bedakan mana berita dan mana yang opini. Sebab, keduanya tidak memiliki kesamaan,” tuturnya.

Baca Juga : Waspada Terhadap Informasi Hoaks Yang Menyebar di Masa Pandemi

Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. [*]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *