TravelTravel Story

Menerima Suhu Dingin, Menikmati Panorama Gunung Bromo

WARTAEVENT.com – Malang. Hotel Atria Malang, jam 12 malam terlihat ramai. Peserta wisata  The Beauty of Magelang and Malang yang diselenggarakan Parador Hotels Group melakukan persiapan perjalanan menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Menggunakan satu mini bus, peserta diangkut menuju titik penjemputan yang selanjutnya menggunakan jip. Bergegas peserta memilih jip. Dengan jumlah penumpang empat orang, beriringan lima unit jip menuju lokasi pandang terindah untuk melihat gunung Bromo.

Baca Juga : Meski Erupsi, Gunung Bromo Tak Kehilangan Pesonanya

Jalan aspal yang berliku ternyata ramai sekalipun itu tengah malam. Puluhan jip saling susul dan beriringan sesuai dengan rombongannya melaju meniti jalan kecil yang menanjak.

Penumpang terkantuk-kantuk, angin dingin sesekali terasa dari jendela pintu depan jip. Tidak ada obrolan, apalagi musik, semua terbawa suasana jam tidur. “Kalau sedang musim liburan, dari jalur bawah tadi jalan sudah macet, ada ratusan jip yang  jalan,” ucap pengemudi jip memecah kesunyian.

Sekitar setengah jam perjalanan, jip-jip berhenti di tepi jalan. Beberapa puluh jip sudah berderet. Tanpa suara berisik, para pengemudi jip itu sudah saling tahu untuk memarkir kendaraannya.

Baca Juga : Eksotika Bromo Memukau Wisatawan di Bromo

Penumpang turun, jalan menuju gang kecil yang dikiri-kanannya terdapat warung, toilet dan mushola. Kami berkumpul di sebuah warung yang sudah langganan Ciliwung Camp, operator jip wisata yang biasa  membawa rombongan tur ke Bromo.

Ini merupakan Bukit Kedaluh yang merupakan salah satu spot terbaik untuk melihat sunrise di kawasan Bromo. Pengunjung lebih kenal bukit ini dengan sebutan Bukit Kingkong.

Nama Bukit Kingkong terjadi karena salah satu sisi tebing di sekitar area  bukit yang menonjol menyerupai kepala Kingkong.

Baca Juga : Menjadi Etalase Perlengkapan Outdoor Bagi Generasi Z, Tahun Ini INDOFEST Dipadukan dengan Festival Taman Nasional

Sementara masyarakat Tengger sendiri menyebutnya Bukit Kedaluh, berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya penghargaan akan kesuburan tanah di sekitar Tengger.

Bukit ini lokasinya di bawah dari Bukit Penanjakan. Berada di ketinggian 2.700 mdpl. Akses menuju Bukit Kingkong tidak terlalu menanjak. Berjalan kaki sekitar 200 meter pengunjung sudah sampai di lokasi untuk melihat matahari terbit ke arah Kaldera Tengger dan termasuk Gunung Bromo.

Lokasi ini memiliki fasilitas yang lengkap dan jadi tujuan ratusan orang. Terasa nyaman karena sudah difasilitasi dengan operator wisata, dimana pengunjung yang datang saat menjelang  subuh bisa menikmati kehangatan bakaran arang, segelas kopi, teh, jagung, mie rebus dan pisang goreng, disaat suhu berada di bawah 10 derajat Celcius.

Dingin semakin menggigit, buat pengunjung yang menggigil karena jaket kurang memadai, segera sewa beragam jaket tebal, topi dingin, sarung tangan dan syal, lalu sruput kopinya. Bersama pemandu wisata  tidak perlu buru-buru menuju area pandang yang terbuka dengan angin dingin menerpa.

Baca Juga : Menginap di Atria Hotel Malang, Berikut Destinasi Terdekat dan Menarik untuk Dikunjungi

Bila matahari akan terbit, maka pemandu mengajak bergerak, menuju area yang tepat. Di sana ratusan orang berbaris di tepi tebing dan lapangan, menunggu saat cahaya Tuhan menerangi.

Perlahan lampu langit muncul dan di bawah terhampar lautan awan di antara kaldera Gunung Bromo yang mengepulkan asap. Putihnya awan yang bertumpuk-tumpuk di bawah, memastikan pengunjung bahwa mereka memang berada di atas awan.

Pemandu mengarahkan posisi berfoto yang indah. Tidak ada suara rebut, semua terpaku dengan kebesaran Sang Pencipta yang menyajikan pemandangan dahsyat. Deretan gunung tertata rapih di atas lautan pasir yang berpagar dinding-dinding tebing.

Baca Juga : Kampoeng Heritage Kajoetangan, Kuno, Unik dan Banyak Koleksi Barang Langka

Dengung drone bersliweran merekam keindahan tersebut. Hingga matahari terang, berangsur pengunjung bergerak pindah lokasi. Kali ini dengan jip yang sama menuju area Widodaren yang merupakan area pasir terbuka dengan deretan bukit-bukit.

Panas matahari mulai terasa, namun angin dingin yang menerpa tetap dominan. Di bawah pepohonan yang ada digelar meja dan kursi makan. Siang ini rombongan wisata Parador Hotels Group makan siang secara BBQ. Bakaran daging sapi dan ayam serta kentang kecil dan sayuran cukup mengenyangkan.

Masih di seputar Bromo, tempat berpindah ke area Pasir Berbisik, sebuah padang pasir yang keren buat foto. Lokasi ini pilihan pengunjung berfoto dengen jajaran jip sebelum bergerak menuju Kawah.

Bukan hanya pasir dan bukit, di Bromo terhampar Savana, padang rumput yang luas. Ada penyewaan kuda untuk keliling atau hanya sekadar berfoto di tengah padang rumput savana.

Baca Juga : Menaklukan Puncak Gunung Pesagi dengan Navigasi Digital, Ini Catatan dari ASIDEWI Buat Para Pendaki

Matahari makin panas, perjalanan berakhir di hukit Teletubis, sebuah bukit hijau dengan rumput rata bak dipangkas mesin. Mirip dengan bukit-bukit rumput di film televisi Teletubis.

Angin dingin tidak lagi mampu menghapus kegerahan. Jip beranjak turun kembali ke Malang. Lelah terkantuk tapi puas menyatu di setiap wajah penumpang jip. [*]

Leave a Reply